7 JULAI — Seorang pemilik akaun Twitter @ArdhianPangestu bertanya kepada JRX, pemain drum kumpulan Superman is Dead asal Bali, “kenapa artis, musisi dan seniman lebih banyak dukung Jokowi-Jusuf Kalla (JK)? JRX menjawab sederhana, “Kerana seniman bukan mesin layaknya tentera”. Sejak reformasi, pilihanraya presiden Indonesia yang akan berlangsung 9 Julai ini buat pertama kali diikuti dengan serius oleh pekerja seni yang cenderung apatis dalam pilihanraya sebelumnya. Majalah muzik Rolling Stone versi Indonesia pada edisi Julai turut membuat liputan khusus. Ada apa dengan 9 Julai?

Banyak yang diperkatakan tentang pilihanraya kali ini yang dinilai sangat penting. Memetik editorial The Jakarta Post 4 Julai yang secara terbuka mendukung Jokowi:

“There is no such thing as being neutral when the stakes are so high. While endeavoring as best we can to remain objective in our news reporting, our journalism has always stood on the belief of the right moral ground when grave choices must be made”

9 Julai adalah pertarungan di antara politik lama (Orde Baru) yang dibawa Prabowo dan politik baru yang dibawa Jokowi. Terpilihnya Prabowo memungkinkan Indonesia kembali ke zaman kelam dan melembabnya proses reformasi, meski tidak dinafikan sebahagian kelompok masyarakat Indonesia merindui untuk kembali ke zaman itu. Sebaliknya jika Jokowi terpilih, tidak pula bermakna persoalan selesai dengan mudah. Akan tetapi penerusan proses reformasi dan pengukuhan demokrasi boleh dianggap terjamin atau paling tidak, ruang untuk kritik masih terbuka luas. Garis antara hitam dan putih tergambar jelas di antara dua kubu calon presiden,

Advertisement

Dunia seni Indonesia yang semakin semarak dan mulai mendunia adalah berkat keterbukaan yang diperolehi hasil reformasi tahun 1998. Maka tidak hairan banyak pekerja seni; penyanyi, pelakon, pengarah filem, band dan seumpamanya secara terbuka ikut mendeklarasikan dukungannya kepada Jokowi, simbol keterbukaan. Kita yang di Malaysia turut merasai dampak semaraknya dengan euforia filem Ada Apa Dengan Cinta pada 2002 dan popularnya muzik Indonesia seperti dari kumpulan Padi, Sheila on 7, Peterpan dan sebagainya.

Sehingga tulisan ini ditulis, pekerja seni yang mendukung Jokowi secara terbuka dan turut popular di Malaysia adalah seperti; Slank, Maudy Ayunda, Cinta Laura, Acha Septriasa, Gita Gutawa, Ladya Cheryl, Happy Salma, Andien, Ari Wibowo, Afgan, Sherina, Joko Anwar, Sarah Sechan, Seno Gumira Ajidarma, Glen Fredly, Mira Lesmana, Krisdayanti, Erwin Gutawa, Nia Dinata, Superman is Dead, Ayu Utami, Inul Daratista, Titiek Puspa, Yovie & Nuno, Wali, Slamet Rahardjo, Jajang C Noer, Kerispatih, Goenawan Mohamad, Dewi Lestari dan Cokelat.

Alasannya beragam, Abdee Negara pemain gitar Slank menyebut, “Kami ingin calon Presiden yang bisa memberi harapan ke depan, harapan yang menenangkan hati, bukan harapan dengan cara-cara agresif yang memancing konflik”. Bagi Eka pemain bass Superman is Dead, alasannya untuk Indonesia lebih baik yang mendukung hak asasi manusia, pluralisme & menolak reklamasi Teluk Benoa di Bali.

Advertisement

Pada Sabtu 5 Julai, saya berkesempatan hadir ke “Konser Salam 2 Jari: Menuju Kemenangan Bersama Jokowi-JK” yang diadakan di Stadium Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Di bawah koordinasi kumpulan Slank, sekitar 200 pekerja seni hadir untuk menghiburkan puluhan ribu pendukung Jokowi tanpa bayaran. Konsert ini bukan sekadar hiburan kosong melainkan penegasan pentingnya memilih Jokowi untuk memelihara demokrasi di Indonesia. Jarang terjadi di Indonesia puluhan ribu berkumpul kerana urusan politik dengan sukarela tanpa bayaran, sesuatu yang biasa di Malaysia (sebut Bersih, Black 505 dan lain-lain).

Ini mengingatkan kepada dukungan yang diberikan banyak pekerja seni di Amerika Syarikat kepada Barack Obama pada 2008. Al Pacino, Robert De Niro, Sean Penn, Morgan Freeman, R.E.M, Pharrell Williams, Jay-Z, Bob Dylan, Arcade Fire adalah di antaranya. Kesan yang dapat ditangkap dari konsert ini adalah Jokowi dinilai sosok yang boleh diharap dan dipercayai untuk mempertahan dan memperteguh keterbukaan di Indonesia, elemen penting dalam berkesenian. 

Di sisi lain, terdapat tiga hal yang ada di Indonesia tetapi tidak ada di Malaysia sepanjang kempen pilihanraya baik presiden atau legislatif; 1) pekerja seni boleh mendukung calon pilihannya tanpa merasa takut 2) pekerja seni diberi peranan penting untuk menarik undi 3) tidak dipermasalahkan konsert (apalagi di bulan puasa). Untuk tiga hal ini, tabik hormat untuk Indonesia. Di Malaysia pekerja seni dan konsert dianggap tidak penting, malah dianggap kafir dan maksiat.

Ahmad Dhani yang penuh kontroversi pernah menyebut, “Saya rasa semua lelaki jantan memilih Prabowo-Hatta”. Tetapi nyatanya tidak semua lelaki memilih untuk menjadi “lelaki jantan”, salah satunya Andi, vokalis kumpulan /Rif.

“Kita (memang) hanya orang biasa.Tapi sebentar lagi kita akan memiliki pemimpin (merujuk Jokowi) yang akan memperhatikan kita”

Mari sama-sama kita tunggu adakah yang diucapkan di GBK 5 Julai itu akan menjadi nyata atau tidak. Selamat memilih untuk Indonesia.

* Pandangan di atas adalah pandangan peribadi penulis dan tidak semestinya mewakili pandangan The Malay Mail Online